No ratings.
Sepenggal cerita seorang lelaki melawan dunia |
Semut Merah Bagian Satu - Takdir Satu purnama telah berlalu sejak Radit akhirnya ditinggal pergi oleh ibunda tercintanya. Sedihpun tak lagi dirasa, susah pun masih menjadi bagian hidupnya. Langkah Radit pun tak pernah pudar untuk terus bertahan demi kedua orang tuanya yang telah pergi menghadap sang Pencipta. Selama satu purnama, Radit menjadi lelaki yang tangguh, tangguh karena dipaksa keadaan. Sepotong kayu selalu diselipkan dalam baju lusuhnya yang penuh dengan bau menyengat. Mandi bukanlah bagian dalam hidup Radit, tetapi berkelahi menjadi makanan sehari-harinya untuk bertahan hidup. Kejamnya dunia tak mampu membuat radit menjadi orang baik, yang bersahaja dan bersikap layaknya penolong. Jalanan menempa tulangnya, pukulan menempa kulitnya, dan darah menjadi penempa keinginannya untuk tetap hidup. Brutal, semut merah yang sebelumnya belum berani menggigit, sekarang dapat menggigit sesakit sebuah jarum yang ditusukkan ke dalam jaring kulit. Semut merah itu selalu berjuang sendiri, tetapi tidak untuk waktu yang lama. Pada suatu ketika, Radit melihat seorang anak sebayanya sedang mengalami sebuah perkelahian sengit. Anak itu babak belur tanpa daya. Bayangkan saja, siapa tahan satu orang dikeroyok oleh 8 orang sekaligus. Bahkan semut sesakit apapun gigitannya, tak akan mampu melawan air bah yang mengalir. Radit ragu dalam pikirannya. Radit bertanya dalam benaknya apa yang harus dia lakukan. Apakah dia harus menjadi orang baik? Sempat terbersit kata "tidak" dan menolehkan badannya. Tetapi, ketidakmampuannya melihat penderitaan dan teriakan anak tersebut membuat Radit memantapkan pikiran untuk mengepalkan tangan dan diambillah sebilah kayu yang terselip dibaju lusuhnya. "Hei Anjing", teriaknya dengan lantang. "Kalo berani sini anjing, jangan beraninya main keroyok","bener-bener anjing kampung lo smua". Serentak mendengar ucapan Radit, sekelompok preman menghampirinya sambil tertawa. "haha, men, ada semut kecil nih minta di cabulin pake tinju kita semua". Preman yang lain sontak menjawab "hajar aja men, bocah ingusan kek gini sih bacok dah kelar". Tergetar jari jemari Radit mendengar ucapan preman, tetapi tekad Radit tak terhenti serambi berucap " semut begini aja berani lawan anjing rame-rame kek lo smua, kalo berani sini bos lo lawan gue". Terdengar suara tawa keras dari belakang para preman, "hahaha... ada semut, mau coba lawan rajanya anjing? sini gue hadapin, tinggal injak juga dah selese". Akhirnya Radit berhadapan dengan seorang bos preman dengan tubuhnya yang tinggi besar. Hanya mengandalkan sebilah kayu kecilnya, Radit melawan bos preman pun dimulai.... Bersambung.. |